PENULISAN KATA
Disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah Fonologi
Dosen
Pengampu: Drs. Agus Budi Wahyudi, M. Hum
Disusun
oleh:
1. Tantia
Yuka. D (A310100157)
2. David
Wisnu Aji (A310100158)
3. Dian
Ayuningtyas (A310100159)
4. Siti
Nuranisah (A310100160)
5. Teguh
Prastya (A310100161)
6. Yessi
Purbosari (A310100162)
7. Seto
Arif. W (A310100163)
PENDIDIKAN
BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Penulisan kata dimaksudkan
untuk mengatur bagaimana kata seharusnya disusun agar tidak keluar dari Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD). Pembakuan bahasa Indonesia digunakan dalam ragam
keilmuan sebagai penyusunan tata bahasa pada ragam tinggi bahasa tulis. Bahasa
baku sebagai ragam bahasa orang yang berpendidikan, yakni bahasa dunia
pendidikan tidak hanya dikaji atau diteliti saja, tetapi juga dajarkan sekolah-
sekolah. Ragam bahasa standar atau bahasa keilmuan memiliki sifat dinamis, yang
berupa kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat diubah
setaip saat. Kemantapan atau ketetapan tidak bersifat kaku, tetapi bersifat
ckup luwes sehingga memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur di bidang
kosa kata dan peristilahan, dan mengizinkan perkembangan berjenis ragam yang
diperluakn dalam kehidupan modern. Ragam baku yang abru dalam penulisan
laporan, karangan ilmiah, undangan, dan percakapan telepon perlu dikembangkan
lebih lanjut.
Dalam
bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam- macam penulisan kata. Setiap
golongan kata mempunyai cara tersendiri dalam penulisannya. Ejaan suatu bahasa
tidak saja berkisar pada persoalan- persoalan bagaiman melambangkan bunyi-
bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda- tanda baca dan sebagainya,
tetapi juga meliputi hal- hal seperti: bagaimana memotong- memotong suku kata,
bagaimana menggabungan kata-kata, dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan
kata. Pemotongan itu berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf
itu pada akhir suatu baris, bila garis
itu tidak memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di sini. Selain itu ,
penggunaan huruf kapital juga merupakan
unsur penting yang harus diperhatikan dalam penulisan ejaan yang tepat.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
penulisan kata dalam berbagai variasi?
2. Bagaimana
penerapan penlisan kata pada sebuah kata dan kalimat?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Mendiskripsikan
proses penulisan kata
2. Mengidentifikasi
penulisan kata yang benar pada sebuah kata dan kalimat.
PEMBAHASAN
PENULISAN KATA
Dalam
bahasa Indonesia terdapat sembilan kategori dalam penulisan kata yang diatur
dalam EYD yaitu:
1. Penulisan
Kata Dasar
Penulisan
kata dasar harus ditulis sebagai satu kesatuan. Contohnya: bersih, aman, dan makan.
Penulisan
kata dasar tidak boleh dirangkaikan dengan kata dasar lainnya. Misalnya rumah
baru (bukan rumahbaru) , makan roti (bukan makanroti) dalam penulisan kata yang
harus diperhatikan adalah tentang pemenggalan suku. Karena merupakan kata
dasar, maka pemenggalannya hanya didasarkan pada satuan – satuan untuk ucapan.
Jadi pemenggalan kata diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Bersih : ber- sih
b. Aman : a - man
c. Makan
: ma – kan
Dalam
beberapa kata memang mengalami berbagai kesulitan dalam pemenggalannya. Untuk
mensiasatinya dapat dikembalikan aturan sebagai berikut:
a. Jika
di tengah kata terdapat dua konsonan yang berurutan, pemenggalannya terdapat di
antara kedua konsonan itu.
b. Jika
di tengah kata terdapat tiga konsonan atau lebih, pemenggalannya dialkukan
antara konsonan yang pertama (termasuk ng, ny) dan yang kedua.
Contoh:
a. Abstrak:
ab-strak
b. Struktur:
struk-tur
c. Kontrak:
kon-trak
2. Penulisan
Kata Berimbuhan
Mengenai
kata berimbuhan, baik awalan, akhiran maupun sisipan selalu diitulis serangkai
dengan bentuk dasarnya. Akan tetapi, bila kata tersebut berupa gabungan bentuk dasar,
diatur sebagai berikut:
a. Jika
gabungan tersebut mendapatkan awalan atau akhiran, awalan atau akhiran tersebut
ditulis serangkai dengan dengan bentuk dasar yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya.
b. Jika
gabungan tersebut sekaligus mendapatkan awalan dan akhiran, maka semuanya
ditulis serangkai.
Contoh:
a. Tanggung
jawab
b. Bertanggung
jawab
c. Pertanggungjawaban
3. Penulisan
Kata Ulang
Kata
ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-). Penulisan
secara lengkap ini terutama diterapkan dalam naskah-naskah resmi. Dalam
tulisan-tulisan cepat atau catatan pribadi penggunaan angka 2 masih di
perkenankan.
Penggunaan
tanda hubung tidak hanya terdapat dalam kata ulang. Kata dasar pengulangan
bunyi (yang biasa disebut kata ulang semu) pun menggunakan tanda hubung
diantaranya.
Contoh:
a. Kura-kura
b. Laba-laba
c. Biri-biri
d. Gara-gara
4. Penulisan
Gabungan Kata
Gabungan
kata lazim disebut kata majemuk, baik merupakan kata ataupun istilah, bagian-bagiannya
pada umumnya ditulis terpisah. Tetapi, apabila gabungan kata itu dapat
menimbulkan salah baca dapat diberi tanda hubung sebagai penegas pertalian arti
antar unsurnya.
Contoh:
buku sejarah baru
Buku- sejarah baru
(yang baru adalah bukunya)
Buku sejarah- baru
(yang baru adalah sejarahnya)
Kemungkinan
lain adalah gabungan kata yang salah satu unsurnya berupa bentuk terikat,
penulisannya digabungkan.
Jadi,
bentuk maha, anti, non, dan pra
diserangkaikan dengan bentuk dasar yang mengikutinya sehingga menjadi:
a. Mahasiswa
b. antikorupsi
c. amoral
d. nonpartisan
e. prasejarah.
Namun,
apabila bentuk yang mengikutinya terikat itu bukan bentuk dasar, penulisannya
tetap dipisahkan.
Contohnya:
a. maha
pengasih
b. anti
pemerasan
Gabungan
kata yang bagian- bagiannya sudah dianggap sebagai satu kesatuan ditulis
serangkai, baik yang berasal darri unsur serapan maupun unsur bahasa Indonesia
asli. Misalnya: wasalam, halalbihalal, alhamdulilah, apabila, sekaligus,
matahari, hulubalang, dan sendratari.
Bentuk
terikat yang diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, di antara kedua
unsur itu dibubuhkan tanda hubung (-).
Contoh:
a. non-Indonesia
b. non-Afrikanisme
c.
non- Islam
5. Penulisan
Kata Ganti
Untuk
kata ganti terikat ku, kau, mu, dan nya
ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti atau yang mendahuluinya.
Contoh:
-
kulakukan, kauagungkan, kamarku, temanmu,
dan bajunyya. Akan tetapi kata ganti bebas aku, engkau, kamu, dan dia ditulis
tterpisah dari kata yang mengikuti atau yang mendahuluinya.
Contoh:
aku serahkan, kamu terima, engkau kasihi, laptopnya.
6. Penulisan
Kata Depan
Kata
depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali
dalam gabungan kata yang sudah padu benar.
Contoh:
kepada, emana, daripada.
7. Penulisan
Kata Sandang
Kata
sandang si dan sang ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya.
8. Penulisan
Partikel
Penulisan
partikel dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu yang diserangkaikan
dengan kata yag mengkutinya dan yang dipisahkan dengan kata yang mengikutinya.
Yang diserangkaikan misalnya, lah, kah,
pun pada kata baiklah, siapkah, walaupun, sedangkan yang
dipisahkan misalnya, partikel per
yang berarti mulia, demi dan pada tiap pada per
1 oktober, satu per satu, dan satu
stel per kepala.
Yang
masih perlu mendapatkan perhatian khusus adalah penulisan pun. Partikel pun yang diserangakaikan dengan kata yang mendahuluinya
hanyalah yang sudah padu benar. Misalnya: meskipun,
mupun, dan biarpun. Sedangkan yang dipisahkan dari kata yang mendahuluinya
pabila masih terlihat arti bagian- bagiannya. Misalnya pada kalimat berikut:
a. Apapun
yang terjadi akan saya hadapi.
b. Jika
kamu pulang, saya pun pulang.
c. Jangankan
dua kali, beberapa kali pun saya ikhlas.
9. Penulisan
Angka dan Lambang Bilangan.
Lambang
bilangan dapat dinyatakan dengan angka, baik angka Arab (0, 1, 2, dan
seterusnya) maupun angka Romawi (I, II, III, dan seterusnya). Angka Arab
digunakan untuk menyatakan:
1. Ukuran
panjang, berat dan isi
2. Satuan
waktu
3. Nilai
uang
4. Nomor
rumah, apartemen, atau kamar pada alamat
5. Nomor
bagian- bagian dalam naskah an karya tulis
6. Jumlah
dari suatu hal, barang, atau orang
Contoh:
5 meter kain Jalan
Slamet Riyadi 57
4 kg daging sapi Hotel Cendana Kamar 13
3 meter kubik Pasal 36, ayat 1
3 m Halaman
89
1 jam 45 menit 650
lembar
Pukul 16. 45 40
siswa
20 Desember 2003 89 halaman
Rp. 17. 000. 00 345
kotak suara
45. 0000 rupiah 2 buku
per anak
Angka Romawi dipakai
untuk menyatakan tingkat.
Contoh: a. Jalan
Ciliwung II, nomor 21, Malang
b.
Bab XV, Pasal 36, ayat 1
c.
Pakubuwono X
Sebagai penggantinya,
untuk menyatakan tingkat dapat ditulis sebagai berikut:
Bab
ke- 15
Bab
kelima belas
Pakubuwono
ke- 10
Pakubuwono
kesepuluh
Khusus lambang bilangan
yang meenyatakan jumlah yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua buah kata
ditulis dengan huruf.
Contoh:
a. Ia
membeli seppuluh buah kursi.
b. Say
sudah dua kali mengikuti penataran.
c. Perpustakaan
itu mempunyai lebih dari lima ribu judul buku.
Akan tetapi, apabila
lambang bilangan itu dipakai secara berurutan, misalnya dalam rincian dan pemaparan,
ditulis dengan huruf Arab.
Contoh:
a. Menjelang
lebaran semua karyawan mendapatkan bingkisan 2 kg mentega, 4 kg gula, 2 kaleng
biskutit, 2 botol siirup dann 1 kg emping melinjo.
b. Dari
105 suara yang sah, 50 suara memilih Toni, 2 suara memilih Made, dan 35 suara
memilih Retno.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam
penulisan kata terdapat 9 hal yang diatur dalam EYD sehubungan dengan penulisan
kata, yaitu:
1. Penulisan
kata dasar
2. Penulisan
kata berimbuhan
3. Penulisan
kata ulang
4. Penulisan
gabungan kata
5. Penulisan
kata ganti
6. Penulisan
kata depan
7. Penlisan
kata sandang
8. Penulisn
partikel
9. Penulisan
angka dan lambing bilangan.
B.
Saran
Dalam
pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak
kekurangan. Untuk itu, kami mohon agar pembaca dapat memberi saran dan masukan
demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Muslich,
Mansur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Nasuha, Yakub, dkk.
2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan
Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar