Kamis, 10 Mei 2012

Penulisan Kata dalam Fonologi


PENULISAN KATA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Fonologi
Dosen Pengampu: Drs. Agus Budi Wahyudi, M. Hum


Disusun oleh:
1.      Tantia Yuka. D                    (A310100157)
2.      David Wisnu Aji                  (A310100158)
3.      Dian Ayuningtyas                (A310100159)
4.      Siti Nuranisah                      (A310100160)
5.      Teguh Prastya                      (A310100161)
6.      Yessi Purbosari                    (A310100162)
7.      Seto Arif. W                                    (A310100163)

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Penulisan kata dimaksudkan untuk mengatur bagaimana kata seharusnya disusun agar tidak keluar dari Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Pembakuan bahasa Indonesia digunakan dalam ragam keilmuan sebagai penyusunan tata bahasa pada ragam tinggi bahasa tulis. Bahasa baku sebagai ragam bahasa orang yang berpendidikan, yakni bahasa dunia pendidikan tidak hanya dikaji atau diteliti saja, tetapi juga dajarkan sekolah- sekolah. Ragam bahasa standar atau bahasa keilmuan memiliki sifat dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Baku atau standar tidak dapat diubah setaip saat. Kemantapan atau ketetapan tidak bersifat kaku, tetapi bersifat ckup luwes sehingga memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur di bidang kosa kata dan peristilahan, dan mengizinkan perkembangan berjenis ragam yang diperluakn dalam kehidupan modern. Ragam baku yang abru dalam penulisan laporan, karangan ilmiah, undangan, dan percakapan telepon perlu dikembangkan lebih lanjut.
Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam- macam penulisan kata. Setiap golongan kata mempunyai cara tersendiri dalam penulisannya. Ejaan suatu bahasa tidak saja berkisar pada persoalan- persoalan bagaiman melambangkan bunyi- bunyi ujaran serta bagaimana menempatkan tanda- tanda baca dan sebagainya, tetapi juga meliputi hal- hal seperti: bagaimana memotong- memotong suku kata, bagaimana menggabungan kata-kata, dengan imbuhan-imbuhan maupun antara kata dengan kata. Pemotongan itu berguna terutama bagaimana kita harus memisahkan huruf-huruf itu  pada akhir suatu baris, bila garis itu tidak memungkinkan kita menuliskan seluruh kata di sini. Selain itu , penggunaan huruf  kapital juga merupakan unsur penting yang harus diperhatikan dalam penulisan ejaan yang tepat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana penulisan kata dalam berbagai variasi?
2.      Bagaimana penerapan penlisan kata pada sebuah kata dan kalimat?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Mendiskripsikan proses penulisan kata
2.      Mengidentifikasi penulisan kata yang benar pada sebuah kata dan kalimat.
PEMBAHASAN
PENULISAN KATA
Dalam bahasa Indonesia terdapat sembilan kategori dalam penulisan kata yang diatur dalam EYD yaitu:
1.      Penulisan Kata Dasar
Penulisan kata dasar harus ditulis sebagai satu kesatuan. Contohnya: bersih, aman, dan makan.
Penulisan kata dasar tidak boleh dirangkaikan dengan kata dasar lainnya. Misalnya rumah baru (bukan rumahbaru) , makan roti (bukan makanroti) dalam penulisan kata yang harus diperhatikan adalah tentang pemenggalan suku. Karena merupakan kata dasar, maka pemenggalannya hanya didasarkan pada satuan – satuan untuk ucapan. Jadi pemenggalan kata diatas dapat diuraikan sebagai berikut :
a.       Bersih  : ber- sih
b.      Aman   : a - man
c.       Makan : ma – kan
Dalam beberapa kata memang mengalami berbagai kesulitan dalam pemenggalannya. Untuk mensiasatinya dapat dikembalikan aturan sebagai berikut:
a.       Jika di tengah kata terdapat dua konsonan yang berurutan, pemenggalannya terdapat di antara kedua konsonan itu.
b.      Jika di tengah kata terdapat tiga konsonan atau lebih, pemenggalannya dialkukan antara konsonan yang pertama (termasuk ng, ny) dan yang kedua.
Contoh:
a.       Abstrak: ab-strak
b.      Struktur: struk-tur
c.       Kontrak: kon-trak
2.      Penulisan Kata Berimbuhan
Mengenai kata berimbuhan, baik awalan, akhiran maupun sisipan selalu diitulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Akan tetapi, bila kata tersebut berupa gabungan bentuk dasar, diatur sebagai berikut:
a.       Jika gabungan tersebut mendapatkan awalan atau akhiran, awalan atau akhiran tersebut ditulis serangkai dengan dengan bentuk dasar yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
b.      Jika gabungan tersebut sekaligus mendapatkan awalan dan akhiran, maka semuanya ditulis serangkai.
Contoh:
a.       Tanggung jawab
b.      Bertanggung jawab
c.       Pertanggungjawaban
3.      Penulisan Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung (-). Penulisan secara lengkap ini terutama diterapkan dalam naskah-naskah resmi. Dalam tulisan-tulisan cepat atau catatan pribadi penggunaan angka 2 masih di perkenankan.
Penggunaan tanda hubung tidak hanya terdapat dalam kata ulang. Kata dasar pengulangan bunyi (yang biasa disebut kata ulang semu) pun menggunakan tanda hubung diantaranya.
Contoh:
a.       Kura-kura
b.      Laba-laba
c.       Biri-biri
d.      Gara-gara
4.      Penulisan Gabungan Kata
Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, baik merupakan kata ataupun istilah, bagian-bagiannya pada umumnya ditulis terpisah. Tetapi, apabila gabungan kata itu dapat menimbulkan salah baca dapat diberi tanda hubung sebagai penegas pertalian arti antar unsurnya.
Contoh: buku sejarah baru
Buku- sejarah baru  (yang baru adalah bukunya)
Buku sejarah- baru  (yang baru adalah sejarahnya)
Kemungkinan lain adalah gabungan kata yang salah satu unsurnya berupa bentuk terikat, penulisannya digabungkan.
Jadi, bentuk maha, anti, non, dan pra diserangkaikan dengan bentuk dasar yang mengikutinya sehingga menjadi:
a.       Mahasiswa
b.      antikorupsi
c.       amoral
d.      nonpartisan
e.       prasejarah.
Namun, apabila bentuk yang mengikutinya terikat itu bukan bentuk dasar, penulisannya tetap dipisahkan.
Contohnya:
a.       maha pengasih
b.      anti pemerasan
Gabungan kata yang bagian- bagiannya sudah dianggap sebagai satu kesatuan ditulis serangkai, baik yang berasal darri unsur serapan maupun unsur bahasa Indonesia asli. Misalnya: wasalam, halalbihalal, alhamdulilah, apabila, sekaligus, matahari, hulubalang, dan sendratari.
Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf kapital, di antara kedua unsur itu dibubuhkan tanda hubung (-).
Contoh:
a.       non-Indonesia
b.      non-Afrikanisme
c.       non- Islam
5.      Penulisan Kata Ganti
Untuk kata ganti terikat ku, kau, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mengikuti atau yang mendahuluinya.
Contoh:
-          kulakukan, kauagungkan, kamarku, temanmu, dan bajunyya. Akan tetapi kata ganti bebas aku, engkau, kamu, dan dia ditulis tterpisah dari kata yang mengikuti atau yang mendahuluinya.
Contoh: aku serahkan, kamu terima, engkau kasihi, laptopnya.
6.      Penulisan Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali dalam gabungan kata yang sudah padu benar.
Contoh: kepada, emana, daripada.
7.      Penulisan Kata Sandang
Kata  sandang si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
8.      Penulisan Partikel
Penulisan partikel dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu yang diserangkaikan dengan kata yag mengkutinya dan yang dipisahkan dengan kata yang mengikutinya. Yang diserangkaikan misalnya, lah, kah, pun pada kata baiklah, siapkah, walaupun, sedangkan yang dipisahkan misalnya, partikel per yang berarti mulia, demi dan pada tiap pada per 1 oktober, satu per satu, dan satu stel per kepala.
Yang masih perlu mendapatkan perhatian khusus adalah penulisan pun. Partikel pun yang diserangakaikan dengan kata yang mendahuluinya hanyalah yang sudah padu benar. Misalnya: meskipun, mupun, dan biarpun. Sedangkan yang dipisahkan dari kata yang mendahuluinya pabila masih terlihat arti bagian- bagiannya. Misalnya pada kalimat berikut:
a.       Apapun yang terjadi akan saya hadapi.
b.      Jika kamu pulang, saya pun pulang.
c.       Jangankan dua kali, beberapa kali pun saya ikhlas.
9.      Penulisan Angka dan Lambang Bilangan.
Lambang bilangan dapat dinyatakan dengan angka, baik angka Arab (0, 1, 2, dan seterusnya) maupun angka Romawi (I, II, III, dan seterusnya). Angka Arab digunakan untuk menyatakan:
1.      Ukuran panjang, berat dan isi
2.      Satuan waktu
3.      Nilai uang
4.      Nomor rumah, apartemen, atau kamar pada alamat
5.      Nomor bagian- bagian dalam naskah an karya tulis
6.      Jumlah dari suatu hal, barang, atau orang

Contoh:
5 meter kain                                              Jalan Slamet Riyadi 57
4 kg daging sapi                                        Hotel Cendana Kamar 13
3 meter kubik                                           Pasal 36, ayat 1
3 m                                                            Halaman 89
1 jam 45 menit                                          650 lembar
 Pukul 16. 45                                             40 siswa
20 Desember 2003                                    89 halaman
Rp. 17. 000. 00                                         345 kotak suara
45. 0000 rupiah                                         2 buku per anak

Angka Romawi dipakai untuk menyatakan tingkat.
Contoh: a. Jalan Ciliwung II, nomor 21, Malang
b. Bab XV, Pasal 36, ayat 1
c. Pakubuwono X
Sebagai penggantinya, untuk menyatakan tingkat dapat ditulis sebagai berikut:
Bab ke- 15
Bab kelima belas
Pakubuwono ke- 10
Pakubuwono kesepuluh
Khusus lambang bilangan yang meenyatakan jumlah yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua buah kata ditulis dengan huruf.
Contoh:
a.       Ia membeli seppuluh buah kursi.
b.      Say sudah dua kali mengikuti penataran.
c.       Perpustakaan itu mempunyai lebih dari lima ribu judul buku.
Akan tetapi, apabila lambang bilangan itu dipakai secara berurutan, misalnya dalam rincian dan pemaparan, ditulis dengan huruf Arab.
Contoh:
a.       Menjelang lebaran semua karyawan mendapatkan bingkisan 2 kg mentega, 4 kg gula, 2 kaleng biskutit, 2 botol siirup dann 1 kg emping melinjo.
b.      Dari 105 suara yang sah, 50 suara memilih Toni, 2 suara memilih Made, dan 35 suara memilih Retno.








PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam penulisan kata terdapat 9 hal yang diatur dalam EYD sehubungan dengan penulisan kata, yaitu:
1.   Penulisan kata dasar
2.   Penulisan kata berimbuhan
3.   Penulisan kata ulang
4.   Penulisan gabungan kata
5.   Penulisan kata ganti
6.   Penulisan kata depan
7.   Penlisan kata sandang
8.   Penulisn partikel
9.   Penulisan angka dan lambing bilangan.
B.        Saran
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, kami mohon agar pembaca dapat memberi saran dan masukan demi perbaikan makalah ini.
















DAFTAR PUSTAKA

Muslich, Mansur. 2008. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Nasuha, Yakub, dkk. 2009. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa


                                                                                                                                                                                          


Tidak ada komentar:

Posting Komentar