Kamis, 10 Mei 2012

JIGSAW


JIGSAW LEARNING

A.    PENDAHULUAN
Dalam era global, teknologi telah menyentuh segala aspek pendidikan sehingga, informasi lebih mudah diperoleh. Hendaknya siswa aktif berpartisipasi sedemikian sehingga melibatkan intelektual dan emosional siswa didalam proses belajar. Keaktifan disini berarti keaktifan mental walaupun untuk maksud ini sedapat mungkin dipersyaratkan keterlibatan langsung keaktifan fisik dan tidak nya berfokus pada satu sumber informasi yaitu guru yang hanya mengandalakan satu sumber komunikasi. Seringnya rasa malu siswa yang muncul untuk melakukan komunikasi dengan guru, membuat kondisi kelas yang tidak aktif sehingga berpulang pada rendahnya prestasi belajar siswa. Maka perlu adanya usaha untuk menimbulkan keaktifan dengan mengadakan komunikasi yaitu guru dengan siswa dan siswa dengan rekannya. Salah satu pembelajaran yang ditawarkan adalah kooperatif tipe jigsaw.

B.     PEMBAHASAN
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson. dkk di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Jigsaw learning atau belajar model jigsaw merupakan strategi yang menarik jika materi yang dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak harus urut penyampaiannya. Strategi ini memiliki kelebihan, yaitu dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain. Jigsaw juga dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Adapun langkah-langkah mengajar dengan metode jigsaw adalah sebagai berikut:
a.       Pilihlah materi pelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa bagian/ segmen.
b.      Bagi siswa/ mahasiswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada.
c.       Setiapa kelompok mendapat tugas membaca, memehami, dan mendidskusikan materi kuliah yang berbeda-beda.
d.      Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok laian untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompok.
e.       Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan sekiranya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.
f.       Beri beberapa pertanyaan ke siswa untuk mengecek pemehaman mereka terhadap mataeri yang sudah dipelaajari.

C.     PENUTUP
Metode atau model pembelajaran jigsaw adalah sebuah tehnik pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran. Metode ini mempunyai langkah-langkah tertentu secara berurutan. Strategi ini memiliki kelebihan, yaitu dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Sufati, Main. 2010. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka
Frogie, Ipotes. 2008. “Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. (online), http://ipotes.wordpress.com/2008/05/15/pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw/. Diakses tanggal 3 April 2012 pukul 10:46

Strategi Pembelajaran Inovatif


STRATEGI PEMBELAJARAN INOVATIF
A.    Hakikat Strategi Pembelajran
Zainal dan Bahri (dalam Iskandarwasid dan Sunendar, 2008:8) menyatakan bahwa strategi pembelajaran mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Ada empat strategi dasar dalam pemebelajaran, yaitu: (1) mengidentifikasikan apa yang diharapkan, (2) memilih sistem pendekatan, (3) memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik pembelajaran, (4) menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan.
B.     PAIKEM
1.   Latar Belakang
Pola belajar yang menganggap guru bertindak sebagai sumber informasi mengakibatkan siswa pasif. Agar pembelajaran dapat mengaktifkan siswa dan efektif untuk mencapai tujuan , maka konsep belajar mengajar yang dipahami guru harus diubah. Depdiknas (2003:7-8) menyatakan bahwa guru perlu melakukan pembalikan makna dan hakikat belajar. Paradigma yang seperti inilah yang akan melahirkan PAIKEM.
2.   Hakikat PAIKEM
PAIKEM adalah pembelajaran yang diciptakan guru yang mampu membuat siswa aktif belajar, munculnya inovasi-inovasi yang terus menerus, mengembangkan kreativitas siswa, mampu mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan tetapi dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan.
3.   Alasan Penerapan PAIKEM
Dalam UURI no. 20 tahun 2003 menggariskan bahwa pembelajaran itu harus dilaksanakan dengan memberi kesempatan peserta didik untuk aktif dalam mengembangkan potensinya.
4.   Karakteristik PAIKEM
Suparlan, Budimansyah, dan Meirwan (2009:73) mendeskripsikan ciri yang menonjol dalam PAIKEM, yaitu:
a.    Adanya sumber belajar yang beraneka.
b.   Sumber belajar yang beraneka ragam tersebut kemudian didesain dengan skenario pembelajaran dengan berbagai kegiatan.
c.    Hasil kegiatan belajar mengajar kemudian .
d.   Kegiatan belajar mengajar bervariasi secara aktif.
e.    Siswa mengembangkan semaksimal mungkin kreativitasnya.
f.    Dalam melaksanakan kegiatan yang beraneka ragam, siswa tampak antusiasme dan rasa senang.
g.   Pada akhir pembelajaran, semua siswa melakukan refleksi, yakni menyampaikan kesan dan harapan terhadap pembelajaran yang baru saja diikuti.
C.     Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Pembelajaran kontekstual merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, sehingga siswa memiliki penegetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan/ konteks permasalahan/ konteks yang lain
D.    Pembelajaran Kooperatif
Pemebelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok dalam proses pemebelajaran.
E.     Strategi Pembelajaran Inovatif
1.   Jigsaw Learning
2.   The Power of Two (Kekuatan Dua Kepala)
3.   STAD (Student Team Achievment Divisions)
4.   Sortir Kartu (Card Sort)

Daftar Pustaka: Sufati, Main. 2010. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka

Hakikat Sosiolinguistik dan Sosiologi Bahasa


HAKIKAT SOSIOLINGUISTIK DAN SOSIOLOGI BAHASA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiolinguistik



Disusun oleh:
1.      Siti Nuranisah             (A310100160)
2.      Teguh Prastya             (A310100161)
3.      Yessi Purbosari           (A310100162)



PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap bidang ilmu tentu mempunyai kegunaan praktis. Begitu juga dengan sosiolinguistik yang merupakan ilmu pengetahuan yang empiris karena berdasarkan pada kenyataan-kenyataan yang dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Sosiolinguistik juga dikatakan sebagai ilmu teoritis karena kita mengumpulkan dan mengatur gejala-gejala sosial berdasarkan teori, membuat penafsiran yang sistematis, dan memformulasi gejala-gejala itu.
Sosiolinguistik sebagai cabang linguistik mwmandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubunngannya dengan pemakai bahasa di dalam masyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidaka lagi sebagai individu, akan tetap sebaga masyarakat sosial. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dilakukan manusia dalam bertutur akan selalu dipengaruhi  oleh siituasi dan kondisi di sekitarnya. Sosiolinguistik berupaya menjelaskan kemampuan manusia menggunakan aturan-aturan berbahasa secara tepat dalam situasi-situasi bervariasi.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu sosiolinguistik?
2.      Apa itu sosiologi bahasa?
3.      Bagaimana perbedaan antara sosiolinguistik dan sosiologi bahasa?
4.      Bagaimana kaitan sosiologi dan linguistik?

C.     Tujuan




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan gabungan antara sosiologi dan disiplin linguistik. Keduanya mempunyai hubungan yang sangat erat namun berbeda kajiannya. Sosiologi adalah kajian yang objektif dan ilmiah mengenai manusia di dalam masyarakat, dan mengenai lembaga-lembaga sosial dan segala masalah sosial dalam satu masyarakat, akan diketahui cara-cara manusia menyesuaikan diri denagan lingkungannya, masing-masing dalam masyarakat. Sedangkan linguistik adalah bidang ilmu yang mempelajari bahasa, atau bidang ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Jadi, sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahsa itu di dalam masyarakat.
Sedangkan menurut ahli bahasa sosiolinguistik dapat diartikan sebagai berikut:
1.      Menurut Kridalaksana (1978), sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai varriasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat.
2.      Menurut Nababan (1984) sosiolinguistik adalah pengkajin bahsa dengan dimensi kemasyarakatan.
3.      Sociolinguistic is the study of characteristics of language varieties, the characteristics of their function, and the characteristics of their speakers as these three constanly interact, chane and change one another within a speec community. (Sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi-fungsi variasi bahasa, dan pemakai bahsa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur. (J. A. Fishman, 1972)
4.      Sosiolinguistik adalah kajian mengenai bahasa dan pemakaiannya dalam konteks sosial dan kebudayaan (Rene Appel, Gerad Hubert, Greus Meijer, 1976).
5.      Sosiolinguistik adalah subdisiplin ilmu bahasa yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam penggunaan bahasa dan pergaulan sosial (G. E. Booij, J. G. Kersten, dan H. J. Verkuyl. 1975)
6.      Menurut Nancy Parrot Hickerson (1980) sosiolinguistik adalah pengembangan sub bidang linguistik yang memfokuskan penelitian pada variasi ujaran, serta mengkajinya dalam suatu konteks sosial. Sosiolinguistik meneliti korelasi antara faktor-faktor sosial dengan variasi bahasa.
Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sisologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dngan faktor-faktor sosial di dalam masyarakat tutur.
Menurut pandangan sosiolinguistik mekanisme perubahan bahasa dapat dipahami dengan mempeajari dorongan-dorongan sosial yang memacu penggunaan bentuk-bentuk yang bbervariasi di tengah lingkungan yang beraneka ragam.

B.     Sosiologi Bahasa
Istilah sosiologi bahasa sangat berkaitan dengan sosiolinguistik. Bahkan banyak orang menganggap bahwa keduanya sama. Namun jika diteliti, keduanya mempunyai perbedaan. Perbedaan tersbut diungkapkan oleh Fishman, pakar sosiolinguistik yang andilnya sangat besar dalam kajian sosiolinguistik.
Perbedaan sosiolinguistik dan sosiologi bahasa adalah:
·         Sosiolinguistik
Ø  Kajiannya bersifat kualitatif.
Ø  Penelitiannya dimasuki dari bidang linguistik.
Ø  Lebih berhubungan pada dengan perincian-perincian penggunaan bahasa yang sebenarnya.
Ø  Contohnya: deskripsi pola-pola pemakain abahasa atau dialek tertentu yang dilakukan penutur, topik, dan latar pembicaraan.
·         Sosiologi Bahasa
Ø  Kajiannya bersifat kuantitatif.
Ø  Penelitiannya dimasuki dari bidang sosiologi.
Ø  Lebih berhubungan dengan faktor-faktor sosial yang salaing bertimbal balik dengan bahasa atau dialek.
Ø  Contohnya: perkembangan bilingualisme, perkembangan pembakuan bahasa dan perencanaan bahasa di negara-negara berkembang.
Istilah sosiolinguistik baru dikenal pada tahun 1952 dalam karya Haver C. Currie yang menyarankan adanya penelitian hubungan antara perilaku ujaran dengan status sosial. Fishman dalam bukunya menggunakan istilah sociolinguistics pada tahun 1970. Namun, pada tahun 1072 Fishman menggunakan nama Sociology of Language. Jadi, sosiolinguistik dan sosiologi bahasa sangat berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.

C.     Kaitan antara Sosiologi dan Linguistik
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia dengan individu, ataupun sebagai kelompok masyarakat. Objek kajian sosiologi ialah proses hubungan antar manusia dengan masyarakat (Aslinda: 2002:12). Sumarsono dan Piana (2002:5): Sosiologi mempelajari antara lain struktur sosial, organisasi kemasyarakatan, hubungan antaranggota masyarakat, dan tingkah laku masyarakat yang berinteraksi menggunakan bahasa (dalam masyarakat ada berbagai lapisan: pengusaha, pejabat, rakyar jelata..) tentulah bahasa yang digunakan bervariasi (sosiolinguistik). Keeretan hubungan sosiolinguistik dengan sosiologi dapat kita lihat dalam penggunaan metode penelitian. Misalnya, dalam pengumpulan data penelitian, baik sosiologi maupun sosiolinguistik menggunakan metode wawancara, rekaman,pengumpulan dokumen, dan sebagainya, sedangkan dalam pengolahan data menggunakan metode deskriptif.











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner dengan ilmu sisologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dngan faktor-faktor sosial di dalam masyarakat tutur. Sedangkan Sosiologi bahasa adalah ilmu yang mempelajari bahasa dalam struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk di dalamnya perubahan-perubahan sosial. Keduanya mempunyai perbedaan namun salaing berkaitan. Keeretan hubungan sosiolinguistik dengan sosiologi dapat kita lihat dalam penggunaan metode penelitian.
B.     Saran
Makalah ini belum sepenuhnya sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dari pembaca sangat kami harapkan demi perbaikan.


















DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul, Leonie Agustina, 2010. Sosiolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta
Ohoiwutu, Paul. 1997. Sosiolinguistik. Jakarta: Kesaint Blanc – Anggota IKAPI
Wijana, I Dewa Putu, Muhammad Rohmadi. 2006. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar