Kamis, 10 Mei 2012

RESENSI CERPEN


1.      Sinopsis
EMBUN DI DAUN
Oleh: Agus Budi Wahyudi
Kotaku penuh bunga, kata-katamu itu. Keharuman nama kotaku adalah keharuman yang sempurna, begitu pula kata batinku. Lengkap sudah julukan itu terpatri dalam diri. Keharuman kotaku, keharumannya menyempurnakan kebahagianku. Hari ini irama dingin udara dan desir semilir angin masih hinggapi rumah Mia.
Aku harus membawa Mia ke Semarang. Mia harus segera meninggalkan kota ini, rumah ini. Mia harus menghapus segala peristiwa yang terbentang di kota bunga ini. Mia sebagai putri ayu, sebagai istri Aryo harus kubawa pulang ke Semarang. Mia sudah setuju rencana keluarga seperti itu. Mia sudah memahami rencana keluarga memang baik untuknya. Mia sudah agak baik kesehatan jiwa dan kesehatan tubuhnya.
Mia harus berduka. Kehilangan Arini anak pertama. Arini hilang entah ke mana. Arini waktu sekolah diantar Yu Suli tidak pulang sampai sekarang. Yu Suli agak teledor terhadap tugasnya. Arini diculik orang. Kembali ditemukan sudah menjadi mayat di selokan. Masalah di balik peristiwa itu. Terungkap, setelah seminggu, dendam pasangan selingkuh suaminya. Suaminya di luar rumah seperti serigala. Santap gadis sana, santap gadis sini. Ada yang terdera oleh tingkah suaminya itu. Para gadis yang terlunta akhirnya nekad menyandera Arini. Arini diakhiri dengan sadis. Aryo tidak memahami semua itu. Aryo tetap aryo yang tidak mengubah tingkah.
Arini anak pertama sudah hilang dari rumah. Sebulan yang lalu, peristiwa penguburan sudah dilakukan. Mia kembali sendiri meniti hari. Mia tidak bisa seperti ini hidup di rumah besar tanpa ditemani Arini.
“Mas Aryo!”
“Iya… ada apa?”
“Mas Ar harus tahu diri dong! Masak sudah belasan gadis kau lalap dan kau santap seperti itu! Tahu diri dong. Aku sebagai istri apa tidak becus melayani Mas?!”
“Dik Mia… sabarlah… Ini semua bukan maksudku untuk membuat semua ini jadi begini.” Aryo mencoba berkomunikasi sadar dengan Mia. Percecokan terjadi. Percecokanlah yang terjadi bila keduanya bertemu. Telinga Yu Suli sering merekam percecokan itu. Akhir percecokan Aryo masuk kamar, bawa pakaian dan pergi. Entah ke mana, Yu Suli tidak bisa memahami perilaku suami Mia seperti itu.
Mia sebagai istri Aryo sudah tidak bisa lagi membendung tabiat perilaku Aryo. Lelaki jalang memang tidak bisa dikekang. Mia sudah tahu tabiat suaminya itu. Mia hanya lebih mengedepankan buah cintanya dulu dengan Aryo/ wujud Arini menjadi pematri bagi keutuhan keluarga yang dibangun. Mia menyadari bahwa ada suami yang telah memberikan anak, Arini. Bagi Mia tidak usah memiliki Aryo secara mutlak. Aryo biar sebagai petualang cinta. Aryo biar sebagai suami penghias saja.
Mia harus meninggalkan rumah ini. Mia harus menikmati kehidupannya sendiri tidak di rumah ini. Rumah ini telah menghanccurkan semua masa depannya. Aku sebagai paman Mia tidak lebih ingin memindahkan lembaran hidupnya. Dari kota Bandung ke kota Semarang yang berhawa panas. Mia akhirnya bisa mengerti semuanya. Mia bisa merenda kembali kehidupannya. Mia bersuami Partono di Semarang. Aku memahami bahwa semua ini harus terjadi. Tentang Aryo, tidak usah disesali. Aryo dihukum mati seumur hidup. Aryo sudah terbui. Aku dengar kabar Aryo sudah dieksekusi hukuman mati. Aryo telah menghabisi dua gadis dari delapan gadis yang menjadi pasangan selingkuhnya. Dua gadis itu dimutilasi. Partono dan Mia menikah di KUA. Partono, teman sekelas Mia sudah lama menantikan perkawinan ini. Sahabat sejati bisa menjadi pendamping setia. Namun, harus melalui liku-liku sebelumnya.
Aku merapikan penampilanku. Aku telepon taksi. Aku naik ke mobil warna coklat muda itu menuju stasiun. Stasiun masih sepi. Aku masuk menunggu di peron. Tidak lama kereta jurusan Semarang siap. Aku naik ke gerbong urutan kedua. Mia di sampingku bisa tersenyum. Mia menerima kepulangan ini dengan ria. Aku merasakan kembali tanganku yang mengusap embun daun bunga di taman, di rumahnya, di Bandung pagi itu.
Taman halaman rumah Semarang sepi. Mia duduk di kursi taman sambil membaca majalah Kartini. Aku menangkap wajahnya beraura ria. Kulihat tanganku tidak ada basah embun duka dari rumah Mia di Bandung. Kota Semarang menjadi harapan baru bagi Mia. Mia tahu tentang itu. Aku sudah menyusun rencana pertemuan dengan Partono. Partono teman waktu SMA yang kini pengusaha ukiran kaca.
2.      Keunggulan
a.       Plot
Plot yang digunakan dalam cerpen termasuk alur campuran (progesif-refresif). Jadi, konflik yang terdapat dalam cerpen tidak hanya satu. Hal itu menarik pembaca untuk mengetahui cerita lebih lanjut, sehingga cerpen tersebut menjadi enarik.
b.      Latar
Penulis menggunakan latar tempat yang jelas, yaitu kota Bandung dan Semarang. Hal itu mempermudah pembaca untuk memahami cerpen yang dibaca. Dengan menyebutkan latar secara lagsung maka latar budaya dan social juga dapat ditebak. Untuk latar waktu, penulis juga menyebutkannya secara langsung dan pasti tanpa bahasa yang bertele-tele.
c.       Penokohan
Perwatakan yang digunakan dalam cerita tidak secara langsung. Akan tetapi, watak tokoh dideskripsikan dari cerita. Namun, untuk watak Aryo menggunakan perwatakan secara langsung, yaitu bengis.
d.      Sudut Pandang
Penokohan yang digunakan dalam cerpen adalah sudut pandang orang pertama pelaku sampingan. Penulis menceritakan kehidupan seseorang dengan melibatkan diri dalam cerita, namun bukan sebagai pelaku utama, melainkan pelaku sampingan. Dengan cara tersebut, penulis lebih focus dala mengatur plot.
e.       Bahasa
Penulis dalam menuangkan cerita banyak menggunakan majas. Salah satu contohnya adalah “keharuman kotaku” untuk mendeskripsikan kota Bandung. Dalam mendeskripsikan sesuatu, penulis menggunakan penekanan-penekanan untuk memperjelas objek.
f.       Gagasan/ ide
Gagasan/ ide yang dituangkan dalam cerita adalah tentang kehidupan orang tua. Kehidupannya hancur kareana kehilangan anaknya dan mempunyai suami yang bejat dan bengis. Beberapa saat, tokoh utama mengalami gejolak jiwa yang dahsyat hingga akhirnya stress. Namun, dia mencoba untuk bangkit atas bantuan pamannya hingga akhirnya dia menemukan kebahagiaan yang sejati.
3.      Kelemahan
Kelemahan yang tedapat dalam cerpen ini terletak pada keefktifan kalimat. Penulis kadang mengulang pernyataan yang sama dalam paragraf yang berbeda. Pergantian alur juga kurang jelas. Hal ini dapat menagakibatkan kesulitan dalam memahami cerita bagi pemabaca pemula. Selain itu, konflik yang terdapat dala cerpen kurang kompleks sehingga kurang menegangkan dan tidak menimbulkan suspense.

4.      Komentar/ kritik
Penulis hendaknya menggunakan bahasa yang tegas tapi tetap mengandung bahsa sastra sehingga lebih mengena hati pembaca. Selain itu pengungkapan onflik harus lebih berani sehingga menimbulkan surprise dan suspense.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar